Kerajaan Siak Sri Indrapura

Sabtu, 06 September 2008

1. Sejarah

Kerajaan Siak merupakan pecahan dari Kemaharajaan Melayu. Dalam sejarahnya, terjadi perpecahan di Kemaharajaan Melayu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dengan Sultan Suleiman. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mengalami kekalahan dalam konflik tersebut, karena Sultan Suleiman dibantu oleh Bugis. Akibat dari kekalahan itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah kemudian menyingkir ke Johor, kemudian Bintan dan terus ke Bengkalis, hingga akhirnya sampai di pedalaman Sungai Siak, tepatnya di daerah Buantan. Letak Buantan lebih kurang 10 km di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang ini. Karena merasa aman dan tentram di Buantan, ia kemudian memutuskan untuk menetap, dan oleh rakyat setempat, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah kemudian diangkat sebagai Sultan Siak dengan gelar yang sama ketika ia masih menjadi raja di Kemaharajaan Melayu. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun pendirian kerajaan Siak ini, sebagian mengatakan pada tahun 1723, tapi ada juga yang mengatakan 1725.


Selanjutnya, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah melakukan konsolidasi ekonomi dan militer untuk kembali merebut Kemaharajaan Melayu. Namun, setelah berkali-kali melakukan serangan terhadap pengikut Raja Sulaiman, ia tetap mengalami kegagalan. Ia mangkat pada tahun 1744, dan digantikan oleh putranya, Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaludin Syah. Anaknya ini kemudian memindahkan ibukota ke Mempura.

Sejak Sultan Siak pertama, Siak sudah membuka hubungan dagang dengan beberapa negeri luar, seperti Turki, Arab dan Mesir. Disamping itu, Siak juga menjaga hubungan baik dengan negeri tetangga, seperti Minangkabau. Sepanjang berdirinya, Kerajaan Siak tak pernah henti berjuang melawan penjajah Belanda. Di antara peperangan yang paling terkenal adalah Perang Guntung, di mana Kerajaan Siak berhasil menghancurkan kekuatan perang Belanda. Walaupun pada akhirnya Belanda berhasil menguasai Siak, tapi itu bukanlah hasil kekuatan senjata, tapi hasil dari pecah belah dan tipu muslihat.

Selama berdirinya, Kerajaan Siak telah berkali-kali berpindah ibukota, yang pertama di Buantan, Mempura, Senapelan, kemudian pindah lagi ke Mempura, dan terakhir di Kota Tinggi, yang lebih dikenal dengan nama Siak Sri Indrapura.

2. Silsilah

Berikut ini urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak

1. Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah Almarhum Buantan (1723 - 1744)
2. Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin Syah (1744-1760)
3. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1760 - 1761)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1761-1766)
5. Sultan Mohamad Ali Abdul Jalil Mu’azam Syah (1766 - 1779)
6. Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah (1779 - 1781)
7. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafar Syah (1782 - 1784)
8. Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784 - 1811)
9. Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin (1811-1827)
10. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827 - 1864)
11. Sultan Assyaidis Syarif Kasim I Abdul Jalil Syaifuddin (1864 - 1889)
12. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889 - 1908)
13. Sultan Assyaidis Syarif Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin (1908 - 1946).

3. Periode Pemerintahan

Kerajaan Siak berdiri selama lebih dari dua abad, dari tahun 1723 hingga tahun 1946. Akhir kerajaan ini seiring dengan ikrar sultan terakhirnya, Sultan Syarif Qasim II untuk bergabung dengan negara kesatuan Republik Indonesia, ketika Indonesia merdeka dari jajahan Belanda. Sejak itulah, kerajaan Siak menjadi bagian yang tak terpisahkan lagi dari Republik Indonesia.

4. Wilayah Kekuasaan

Wilayah Kerajaan Siak meliputi kawasan Siak sekarang ini, Pekanbaru, Rokan, Kubu, Tanah Putih, Bangka, Kulo, Kota Pinang, Pagarawan, Batu Bara, Bedagai, Kualuh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Temiang dan Deli. Sementara daerah Tapung yang terdiri dari dua persekutuan, yaitu Tapung Kiri dan Tapung Kanan, melakukan perjanjian damai dengan Kerajaan Siak.

Siak juga pernah beberapa kali melakukan ekspansi wilayah hingga ke Kedah dan Pahang, namun gagal merebut negeri-negeri itu. Siak juga pernah menyerang kerajaan Sambas di Kalimantan Barat dan berhasil menguasai negeri itu untuk beberapa lama.

5. Struktur Pemerintahan

Sultan merupakan pemegang pucuk pemerintahan. Ia didampingi oleh Dewan Kerajaan. Dewan kerajaan terdiri dari Orang-orang Besar Kerajaan yang berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan dan penasihat utama Sultan. Orang-Orang Besar itu adalah:

1. Datuk Lima Puluh dengan gelar Sri Bejuangsa.
2. Datuk Tanah Datar dengan gelar Sri Pekerma Raja.
3. Datuk Pesisir dengan gelar Maharaja Ketuangsa.
4. Datuk Laksamana Raja Di Laut.

Di samping itu, ada pula pembesar-pembesar kerajaan yang bertugas membantu Sultan, anggotanya terdiri dari:

* Panglima Perang.
* Datuk Hamba Raja.
* Datuk Bintara Kiri.
* Datuk Bintara Kanan.
* Datuk Bendahara.

Pemerintahan di daerah-daerah dipegang oleh Kepala Suku yang bergelar Penghulu, Orang Kaya dan Batin. Jabatan Penghulu, Orang Kaya dan Batin berada pada tingkat yang sama. Penghulu tidak mempunyai hutan tanah, ia dibantu oleh:

1. Sangko Penghulu, yakni wakil Penghulu.
2. Malim Penghulu, yakni pembantu urusan kepercayaan/agama.
3. Lelo Penghulu, yakni pembantu urusan adat dan sekaligus berfungsi sebagai Hulubalang.

Batin dan Orang Kaya adalah orang yang mengepalai suku asli. Jabatan ini didapat turun temurun. Batin mempunyai hutan tanah (ulayat) dan dibantu oleh:

1. Tongkat, pembantu Batin dalam urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap Sultan.
2. Monti, pembantu Batin urusan adat.
3. Antan-antan, pembantu Batin yang sewaktu-waktu dapat mewakili Tongkat atau Monti kalau keduanya berhalangan.

Pada masa pemerintahan Raja Kecil, terdapat beberapa perbatinan di sepanjang aliran Sungai Siak, yaitu:

1. Perbatinan Gasib.
2. Perbatinan Senapelan.
3. Perbatinan Sejaleh.
4. Perbatinan Perawang.

Perbatinan sebelah selatan kuala Sungai Siak sebagai berikut:

1. Perbatinan Sakai.
2. Perbatinan Petalangan.

Perbatinan di pulau-pulau sebagai berikut:

1. Perbatinan Tebing Tinggi.
2. Perbatinan Senggoro.
3. Perbatinan Merbau.
4. Perbatinan Rangsang.

Daerah asli yang kepala sukunya disebut penghulu ialah:

* Siak Kecil.
* Siak Besar.
* Betung.
* Rempah.


Sumber:

1. Departemen Dalam Negeri. Profil Propinsi Republik Indonesia: Riau. Jakarta: Yayasan Bakti Wawasan Nusantara.
2. Netscher, E. Belanda di Johor dan Siak: 1602-1865. Pemda Tk. II Siak dan Yayasan Arkeologi dan Sejarah “Bina Pusaka”.
3. Tim Universitas Riau. 1976. Sejarah Riau. Pekanbaru: Pemda Tk.I Propinsi Riau.
4. www.melayu online.com

0 komentar: